Saba Budaya Suku Baduy, Banten, Jawa Barat.

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam dan budaya. Berbagai macam suku dan budaya serta dengan kekayaan alamnya hidup berdampingan di Indonesia. Tak jarang kekayaan budaya dan alam di suatu daerah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pejalan untuk mengunjunginya. Salah satu desa adat yang masih memegang teguh adat istiadatnya adalah Desa Adat Baduy yang terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Suku Baduy merupakan suku yang hidup secara terisolir dari dunia luar. Mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Alam yang masih alami dan budaya yang ditawarkan oleh kampung suku Baduy menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah ini.
uku Baduy merupakan suku yang hidup secara terisolir dari dunia luar. Mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Alam yang masih alami dan budaya yang ditawarkan oleh kampung suku Baduy menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah ini.
Selama berjalan kaki akan disuguhi persawahan, rumah-rumah penduduk sekitar dan aliran sungai. Jalan yang dilewati menuju jembatan akar sedikit terjal dan licin. Diharapkan untuk memakai sendal gunung ataupun sepatu yang tidak licin.
Setelah 30 menit berjalan kaki, akhirnya sampai ke jembatan akar. Di sina kamu bisa mengambil foto yang dapat dibilang instagramable. Di bawah jembatan terdapat tepian sungai yang dapat dipakai untuk beristirahat sejenak setelah lelah berjalan panjang.
Pada perjalanan selanjutnya ialah menuju Ciboleger yang merupakan desa terakhir ketika hendak masuk wilayah Suku Baduy. Kami menginap di salah satu rumah suku Baduy Luar. Di sinilah saat yang biasanya paling ditunggu-tunggu. Tanpa listrik, sunyi, dan tanpa kamar mandi tentunya menjadi tantangan seru bagi wisatawan. Untuk mandi dan buang air harus menuju sungai atau penampungan aliran air yang dipakai untuk umum terlebih dahulu (tentunya untuk laki-laki dan wanita dipisah).
Untuk di Baduy Luar, masih bisa diperbolehkan untuk menggunakan kamera, smartphone, dan alat elektronik lainnya. Pastikan untuk membawa powerbank yang cukup untuk dapat mengisi ulang baterai alat elektronik yang kamu bawa selama di sana.
Di Baduy Luar kamu juga dapat membeli cinderamata atau oleh-oleh yang mereka jual seperti madu asli khas suku Baduy, selendang, sarung, kain tenun, gantungan kunci, gelang dan masih banyak lagi dengan harga yang terjangkau. Jadi pastikan kamu siap sedia uang tunai karena di sana tidak ada mesin ATM.
Hari selanjutnya kami pergi ke Desa Baduy Dalam. Untuk melakukan perjalanan ke Baduy Dalam, pastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan fit. Bawalah persediaan makanan obat-obatan bila diperlukan. Karena untuk menyusuri perkampungan Baduy Dalam kamu tidak bisa membawa kendaraan. Semua aktivitas dilakukan dengan berjalan kaki dan tidak boleh manja! Perjalanan menuju Baduy Dalam kami lalui selama 5 jam yang mana menurut orang-orang setempat biasanya hanya ditempuh selama 2 jam. Di Desa Baduy Dalam tidak diperbolehkan sama sekali untuk menggunakan smartphone, kamera, ataupun barang-barang elektronik lainnya. Tidak diperkenankan untuk menggunakan teknologi modern juga tidak boleh memakai bahan-bahan kimia untuk membersihkan diri. Jangan tanya alasannya kenapa, sebab aturannya memang seperti itu. Jika melanggar kamu akan dikenakan sangsi adat dan denda. Hanya di Baduy Dalam saja peraturan itu berlaku. Jika masih berada di kawasan Baduy Luar kamu masih bebas menggunakan barang-barang elektronik bahkan bisa dengan puas berfoto.
Di Baduy Dalam kamu akan benar-benar hidup menyatu dengan alam. Di sana kami disambut dengan baik dan ramah oleh warga Baduy Dalam. Di mana pikiran bahwa warga Baduy Dalam sedikit lebih kaku langsung hilang ketika kami bercerita dan bercanda dengan orang-orang di sana. Mereka mengizinkan kami untuk menginap apabila ingin datang lagi ke desanya.
Selama perjalanan menuju Baduy Dalam, kami melewati Desa Gajebo yang masih dalam kawasan Desa Baduy Luar. Di mana banyak rumah yang menjual pernak pernik dan aneka kain untuk dijual dan para ibu yang sedang menenun kain. Untuk mangambil foto mereka yang sedang menenun, pastikan izin terlebih dahulu ya.
Mengenal Suku Baduy Dalam dan Luar dapat tercirikan dari perbedaan yang cukup kelihatan, terutama mengenai pantangan yang ditaati masyarakatnya. Dilihat dari penampilan, masyarakat Baduy Luar menggunakan pakaian serba hitam. Sementara masyarakat Baduy Dalam relatif menggunakan pakaian yang didominasi warna putih, meski kadang ditambahkan ikat kepala hitam. Masyarakat Baduy Luar juga mengenali teknologi berupa alat-alat elektronik.
Hingga saat ini masyarakat Baduy tidak menggunakan transportasi apa pun dan hanya berjalan kaki untuk bepergian. Mereka juga memilih tidak menggunakan alas kaki, membangun segala kebutuhan seperti rumah, jembatan dan lainnya dengan bantuan alam, memanfaatkan alam, dan untuk alam, serta memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya sendiri dengan menenun atau bercocok tanam. Oleh karena itu, mengenal Suku Baduy Dalam dan Luar bukan hanya sekadar memberi wawasan penting mengenai budaya murni yang masih hidup di Nusantara, tapi juga mengajarkan makna kehidupan soal keselarasan hidup melalui nilai budaya yang diterapkan oleh masyarakatnya.

Komentar

Postingan Populer